Sunday, February 5, 2017

MAHAMERU puncak para Dewa !


Gunung Semeru, dikenal sebagai atapnya Pulau Jawa. Ketinggiannya mencapai 3.676 Mdpl. Menaklukan gunung ini meninggalkan kisah tersendiri yang patut dikenang.



Bagi para pendaki, mendaki gunung apapun di pulau Jawa belum sempurna jika belum menginjakkan kaki di Puncak Mahameru. Ya, karena Semeru adalah atap langit Pulau Jawa. Berada di ketinggian 3.676 Mdpl Semeru menjadi Gunung yang sangat tersohor bagi pendaki dalam negeri maupun luar negeri.

Gunung semeru juga merupakan Gunung yang komplit dalam artian, pendaki diberi suguhan mulai trek perjalanan berupa hutan, padang savana, danau ranu kumbolo serta summit yang bisa dibilang 'menyetorkan separuh nyawa'.

Perjalanan menuju Semeru membutuhkan waktu perjalanan darat yang tidak terlalu lama. Kami berangkat dari Surabaya, menggunakan 2 mobil, Surabaya Malang bisa ditempuh 2 jam perjalanan jika tidak macet. Rombongan bertujuh.

Kami kemudian meluncur ke Malang untuk kemudian menuju Ranu Pane. 

4 Jam perjalanan dari Surabaya sampailah kami di Ranu Pane.
Untuk pendakian ke Gunung Semeru dari Ranu Pane tidak disarankan berangkat malam, karena kami harus lapor dulu menyerahkan surat kesehatan dan mendapatkan briefing pendakian. Hal ini dibutuhkan mengingat Semeru bukan gunung bercandaan.

Di Ranu Pane kami tinggal di Homestay, tidak terlalu mewah tapi cukuplah buat meluruskan badan untuk persiapan perjalanan pendakian keesokan harinya.
Pendakian dimulai, jam 08.00 pagi kami mulai mendengarkan briefing pendakian, membayar sejumlah uang untuk tiket masuk.

Inilah enaknya pergi ke gunung, semuanya murah.
Kami bertiga belas dengan porter cukup merogoh kocek sekitar 245 ribuan untuk masuk ke Wisata Gunung yang indahnya tidak kalah dengan Mount Titlis di Switzerland ini.

Semeru memiliki 3 pos, Dari Ranu Pane ke Pos 1 tidak terlalu jauh, sekitar 1 jam-an.
Dari Pos 1 ke Pos 2 juga sama masih sekitar 1 jam-an.
Ada orang yang berjualan di setiap pos, ote-ote, pisang goreng masih dijual walau dalam kondisi "dingin" tetap enak dimakan.

Pos 2 ke Pos 3 agak lumayan jauh, butuh waktu 2 jam untuk mencapainya.
Tapi struktur medannya masih jalur landai sampai Ranu Kumbolo.

Bagi yang belum pernah melihat Ranu Kumbolo, pasti terpesona.
Pendaki menyebutnya surga di bawah Puncak Mahameru.
Ranu Kumbolo adalah tempat transit bagi mereka yang akan melanjutkan perjalanan untuk mendaki Puncak Mahameru.
Di sini pula tempat kita istirahat sejenak sambil makan siang Spagheti ala porter.

Konon, debit air di Ranu Kumbolo tidak pernah berkurang. Ranu Kumbolo juga semakin ramai dengan tenda pendaki. Ada keunikan tersendiri di balik indahnya Ranu Kumbolo,
yaitu ketika matahari mulai terbit di antara dua buah bukit hijau yang muncul perlahan dan membuat perhatian mata kita tidak bisa menolak untuk menikmatinya.

Belum lagi suasana danau ketika kabut mulai turun di waktu sore hari dipadu dengan air danau sungguh pemandangan yang tak bisa terucapkan.
Di saat malam tiba, kita akan disuguhkan gugusan bintang dari galaksi Bima Sakti
yang belum tentu bisa kita lihat pada waktu kita berada di kota-kota besar karena silaunya cahaya lampu kota yang begitu terang.

Di sebelahnya terdapat sebuah bukit yang diberi nama 'Bukit Cinta'
yang konon jika kita mendaki ke bukit ini dengan membayangkan orang yang kita cintai dengan tanpa menoleh ke belakang,
maka kita akan bahagia bersamanya.

Namun semakin tinggi kita mendaki maka semakin hebat pula godaannya.
Karena semakin tinggi, maka pemandangan Ranu Kumbolo dari bukit akan terlihat semakin indah. Di danau ini juga terdapat prasasti dari peninggalan Kerajaan Majapahit dan juga terdapat tugu peringatan bagi mereka yang meninggal pada waktu pendakian ke puncak Mahameru.

Ranu Kumbolo yang terletak di ketinggian 2.400 mdpl ini bisa mencapai suhu minus 5 derajat pada malam hari jika cuaca cerah. Lelah menaklukkan Tanjakan Cinta akan terbayar setelah melihat pemandangan eksotis Oro-Oro Ombo. Hamparan yang cukup luas itu nyaris tertutup warna ungu oleh bunga Verbena Brasiliensis Vell.

Kawasan ini kami manfaatkan untuk berfoto. Bagi mereka yang menyukai bunga ini, pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memperbolehkan membawanya pulang. Namun, jangan sekali-kali membawa bunga edelweis yang menghampar di titik Kalimati hingga Arcopodo. 8 jam perjalanan sampailah kami di penjaga setia Gunung Semeru, yakni Kalimati.



Ya, di sini benar-benar tenang, kami membuat tenda di sini.
Jika bangun pagi di Kalimati kita akan langsung disuguhkan pemadangan megahnya Gunung Semeru. Di sini kami istirahat sambil makan malam, suhunya sudah bukan dalam tahapan dingin, melainkan dingin akut. Terpaksa, suguhan makanan yang dibeber di luar tenda, saya bawa ke dalam tenda.

Jam 12 Malam kami berangkat summit.
Dari Kalimati, hanya membawa 3 barang, air minum 1 liter, kamera dengan lensa komplit, serta senter penerang untuk modal jalan di malam hari.
Menyusuri medan yang tidak ada bonusnya sama sekali, perjalanan ini menjadi sangat berat karena rute yang dilewati curam.
Tak terasa kaki ini menginjak medan pasir. Ini artinya sudah mendekati puncak

Luar biasa medan Mahameru. Butuh 6 jam untuk sampai ke Puncak dari Pos terakhir Kalimati. Di tengah-tengah terjadi insiden dimana batu berjatuhan dan hampir menimpa para pendaki. Ini mengapa mendaki Semeru banyak pendaki meninggal, karena ada resiko untuk tertimpa batu yang berjatuhan.

Sepanjang perjalanan menuju puncak, kami berjumpa dengan mayoritas pendaki mancanegara. Semeru sudah cukup terkenal, bahkan sangat terkenal, karena ketika saya bertanya pada mereka, tidak hanya dari pendaki Asia,
tapi mayoritas dari benua Eropa .

Lelah, capek, lapar, linglung, semuanya hilang ketika sampai di atas Puncak Mahameru. Inilah Semeru, inilah Mahameru 3.676 Mdpl tempat dimana para Dewa Bersemayam.

Di atas Semeru, kita juga disuguhi letusan kawah Jonggring Saloka yang meletup disertai suara gemuruh 10 menit sekali.
Bromo, Arjuno dan teriakan para pendaki, serta kibaran bendera merah putih bahkan preweding pendaki mewarnai suasana kebahagiaan mencapai Puncak Mahameru.


hiking do not stop !
BUDS'

Tuesday, September 13, 2011

Create a platform for your future product innovation

When setting out to deliver new breakthrough product offerings to your market, I have found that a key first step is to construct a picture of your current business, market and offer. By taking stock of your current situation in a multi-dimensional way you can set an innovation context to help you target future opportunities in a more effective way.

When I work with my clients to create market breakthrough products, because I’m often new to their business and I need to get up to speed quickly, I run through a discussion guide covering all aspects of the innovation space available to their business in future. Of course, depending on the client business I will tailor the questions to suit but the overall structure for my interview is broadly shown in this diagram:


My first area of focus is around Business Direction, Processes and Value Model. The key areas I probe here are:

Values, Culture and Leadership:

- What principles form the basis for behaviours within the organisation and, more specifically, what are the key criteria which provide the basis for prioritisation decisions? I will probe this area by referring to specific examples from the company’s innovation history.
- Where does the key drive for innovation come from within the organisation? For is innovation initiated most commonly in sales, manufacturing or R&D?
- Wexample, hat is the attitude to risk? Is decision making based on gaining consensus or through personal accountability?
- How engaged is senior management in innovation activity?
- What type of innovation mindset does senior management have? E.g. when they say they want a “break-though” do they really mean it?
- How does the business Mission Statement relate to this innovation challenge?

Business Processes, Financials, Business Model and Network:

- What product development process does the company operate?
- What processes does the company follow to build its capabilities? E.g. recruitment, research, manufacturing, commercial, marketing and sales.
- What processes does the company follow to generate revenues?
- What other partners operate in the value chain and what are their financial investment and rewards?
- Who are the key partners and suppliers?
- How is the organisation funded?
- What is the attitude to capital spending and valuation of assets? I probe around tangible assets and intangible assets (e.g. IP)

My second area of focus is the Market:

Market structure:

- Who does the client sell their product or service to?
- Who uses the product?
- What does the market landscape look like? How does the client segment their market?
- What is the geographic scope of the current market?
- Who are the other stakeholders in the success of the product or service?

Category and brand values:

- How does the client define their market category?
- What does the client think the key considerations are for this category?
- What does the client’s brand mean to consumers or customers in the category?
Given the current brand and category, how open to new products or services might the current consumer base be?
- How are consumers and customers using the client’s product or service? What are the key consumer or customer problems that the product solves?
- What are the underlying consumer or customer insights that form the basis for the product or service?

My final area of questioning is around the current Offering and Competitors:

Technologies, performance, value and context:

- What technologies and capabilities are key to the client’s current competitive position?
- Which areas of product or service performance are currently most important to consumers and customers?
- What is the current pricing structure?
- Are there critical considerations which might limit innovation such as surrounding infrastructure and large capital investments either by the client or their partners?

The competition:

- Who is the main competitor?
- Which competitor has the best-in-class performance?
- Is there a key limitation which all products in the category suffer from?
- Is there any competitor IP or other prior art which might limit future innovation?

I’ve found this discussion guide to provide a very effective foundation for innovation. Due to the broad scope of the format, it brings out a comprehensive picture of the total innovation territory. It has often sparked some very useful discussion and has even generated fresh insights for the client.



inspired from:
- Integrated Product Development & innovation training at Prasetya Mulya
- cocatalyst.com

design do not stop !BUDS'

Wednesday, February 9, 2011

surat sahabat



Untukmu sahabat.....

BERHENTI !!!!!!!!..... krn kamu buth makan
BERHENTI!!!!!!!!!......krn kamu buth minum
BERHENTI!!!!!!!!!......krn kamu buth istirahat
BERHENTI!!!!!!!!!......krn kamu buth berfikir
BERHENTI!!!!!!!!!......krn kamu buth berdoa

langkah kakimu sudah terlihat letih,
tatapan matamu sudah terlihat kosong
raut wajahmu terlihat kusam,
irama suaramu sudah tidak enak lagi di dengar

kamu butuh istirahat di tempat tenang..bukan di keramaian
kamu butuh kasih sayang..bukan kasih uang
kamu butuh orang yg menanti di tmpt tenang..bkn di keramaian

kamu selalu di rindu
kamu selalu di nanti
kamu selalu di puja
kamu selalu di harapkan
jangan kau sia siakan semua ini....

"DAN AKUPUN TIDAK MAU KAU TERJATUH"


* terima kasih sahabat, kau telah membangunkanku dari lamunan yg tak berguna

design do not stop !BUDS'

Sunday, January 2, 2011

This is Future Living

The Future Living house is a testament to the will of design.
It took twenty six designers (a feat in itself) to create it.
Every technologic leap was analyzed to make sure anything proposed was possible by 2050.
It’s a paradigm shift in home resource creation and location.
Water uses gravity to generate pressure.
Energy is harvested from solar and wind apparatuses.
Air, water and waste are cleaned using a living bio wall and everything is recycled when possible.











Design Team: Cornelia Bailey, Tanushree Bhat, Marilee Bowles Carey, Anthony Caspary, Eric Diamond, Xiaonan Huang, Reenu John, Na Rae Kim, Paolo Korre, Eugene Limb, Hsin-Cheng Lin, Miguel Angel Martinez, Nikhil Mathew, Elise Metzger, Mahdieh Salimi, Kshitij V. Sawant, Owen Schoppe, Jessica Striebich, Hannah Swart, Traci Thomas, Helen Tong, Sally Wong, Yixiu Wu, HyeKyung Yoo and Gene Young of IIT Institute of Design


design do not stop !BUDS'

Monday, November 8, 2010

speakin’ about the time

eah.. speakin’ about the time.. ough..

Yo.. Ini sepotong kisah, tentang perjalanan..
seorang insan, menapaki jejak kehidupan.
Dia lahir ke dunia , dari keluarga..
tidak miskin, kurang kaya, yo tapi sederhana.
Ayah berdagang, ibu mengasuh dia di rumah..
sejak kecil belajar susah, hanya bersikap pasrah.
Sempat sesaat, mengenal A. S. I. dari ibu.
Syukuri rahmat, dapat singkat nikmat ilmu.

Dia takkan gentar, meski guntur menggelegar.
Alar melintang, tak mampu untuk buat pudar.
Hanya syukuri anugerah, akan nasib dan takdir.
Dia takkan menyerah, terus berjuang hingga akhir.

Dan kini, dia injak usia labil.
Dia tinggalkan satu masa kala ia kecil.
Skill! get real, he can make it.. berhasil!!
Sekian dari banyak mimpi dalam hati kecil.
Kecil sebenarnya.. berarti besar.
Ia terlempar dalam panggung hidup yang kasar.
Sabar ya kawan, ini tentang edukasi..
yang tak terdapat dari sekolah, atau pun skripsi.

Hanya waktu yang dapat menjawab..
mampukah dia merubah..

Saat semua, mimpinya tercipta.
Saat dimana jalannya, lebar terbuka.
Beban berat tertancap dipundak.
Semua hanya jadi sejarah, yang terlewat.
Dia merdeka, nyata dan bahagia.
Dia tertawa di akhir, semua usaha.
Dan percaya, jalan tak slalu berliku.
Dan mengerti, celah untuk berpacu.

hei MR.B..
Tapakilah jejak diri, wujudkanlah mimpi..
dan yakinlah kan kau raih..

Lakukanlah dari hati, beri yg terbaik..
pasti kan kau raih..


design do not stop !BUDS'